Matari Terbit di Punthuk Setumbu

By diLa - October 15, 2018

berawal dari obrolan singkat selama perjalanan dengan pengemudi transportasi online, maka aku putuskan harus berangkat kesana.

besok aku akan berburu sunrise di punthuk setumbu, jogjakarta. malam ini tidak bisa tidur, padahal sudah ditemani gerimis sejuk yang harusnya bisa mengantarkan tidur lebih cepat. super excited khawatir kesiangan.

dini hari mobil berjalan pukul 3:31 dari daerah kadioska, depok, jogjakarta. rasanya melaju dengan kecepatan cukup tinggi, maklum jalanan juga sepi. selama perjalanan aku tidur dan terbangun saat ada suara dari aplikasi penunjuk arah yang dibuka oleh bapak pengemudi. ternyata kurang lebih 4km lagi aku akan sampai di tujuan.

jalanan yang gelap dan sepi tidak menyurutkan semangat mengikuti petunjuk arah untuk mencapai tujuan. tidak lama, akhirnya mobil berhenti di tempat parkir punthuk setumbu. selamat datang!

turun dari mobil aku merasakan ada tetesan dari atas kepala, ya ampun ternyata gerimis! tapi ya sudahlah, tanggung sudah sampai, tinggal berjalan menuju loket pembelian tiket masuk.

pengunjung wni harus membayar tiket masuk seharga rp 15.000. setelah itu tiket akan dilubagi oleh petugas dan pengunjung dipersilakan naik. aku masuk dan mulai naik seingatku saat itu jam di ponsel menunjukkan pukul 4:47. artinya sesuai dengan perkiraan. waktu tempuh dari kadioska sekitar 1,5 jam. "apakah ada selebaran rute atau informasi lainnya?" tanyaku kepada petugas. "tidak ada mbak, naik saja ikuti sinar lampu", jawab petugas wanita itu.

enjoying sunrise
di dekat gerbang masuk, dekat loket penjualan tiket terdapat mushola, tetapi karena saat itu belum azan subuh, maka aku memutuskan untuk mulai berjalan ke atas. ditengah-tengah perjalanan azan subuh berkumandang. diperjalanan aku bertemu dengan pemandu wisata dan menanyakan apakah diatas ada mushola. ternyata ada, pemandu itu bahkan membantu dengan menyapu karpet yang ada di dalam mushola saat aku sedang mengambil air wudhu. alhamdulillah. selanjutnya tinggal naik beberapa anak tangga lagi untuk sampai di tempat para wisatawan menunggu matahari terbit. semacam beranda cukup luas beralaskan kayu dan berpagar setinggi dada orang dewasa tempat para wisatawan berpose dengan latar belakang sunrise dan berdiri bersisian sembari memegang kamera masing-masing untuk mengabadikan momen terbitnya sang surya. sembari menunggu aku duduk di ayunan tunggal berwarna jingga yang menghadap ke selatan. hari ini agak sedikit berkabut, baru sekitar pukul 5:08 langit mulai terang dan cerah. disini ada beberapa spot untuk berfoto, yang paling utama di ujung beranda yang terlihat candi borobudur ukuran mini, agak ke bawah ada tempat duduk di dekat pohon. (hati-hati jika berfoto disini karena tidak dilengkapi dengan tali pengaman), dan beberapa anjungan yang menghadap ke selatan berlatarkan gunung dan awan. yang menjadi favorit ku adalah bermain yang digantungkan di dahan pohon yang cukup tinggi. aku suka sekali saat ayunan ku di dorong ke belakang, bahkan aku sampai meminta agar dapat didorong lebih kencang! i love swinging in the air.

setelah terang aku melanjutkan perjalanan ke gereja ayam. jika tadi menuju ke beranda di punthuk setumbuk harus berbelok ke arah kanan, untuk menuju ke gereja ayam aku lurus mengikuti jalur. berjalan melewati toilet tak jauh terdapat loket penjualan tiket menuju kesana. aku membayar rp 15.000 dan pada akhir perjalanan aku tahu bahwa tiket terseut bisa ditukar dengan singkong goreng. perjalanan menanjak dan turun menuju ke gereja ayam berbeda dengan sebelumnya, karena lintasan ini hanya berupa tanah yang berundak naik turun. kurang lebih 15 menit berjalan menanjak dan turun tiba juga di gereja ayam.

daniel alamsyah, selaku pemiik dan pendiri bangunan ini merancang sebuah rumah doa dengan bentuk burung merpati sebagai simbol perdamaian. tetapi hasil bangunannya lebih mirip dengan ayam, maka sering disebut gereja ayam. selain itu, konsep bangunan rumah doa bukit rhema kerap keliru dipahami sebagai gereja. rumah doa ini mengusung konsep berbeda dengan rumah doa lain arena rumah ini diperuntukan bagi semua agama.

tiba di gereja ayam, aku masuk dan langsung naik hingga ke puncak. tidak lupa untuk mengambil gambar di puncak kepala ayam dengan mode panaroma. setelah puas berfoto diatas aku turun dan melanjutkan berfoto dari sisi depan dan sisi samping yang memperlihatkan keseluruhan dari kepala hingga ekor dari bangunan ini. puas berfoto aku melanjutkan perjalanan turun untuk pulang. aku menghubungi pengemudi mobil yang awalnya tadi parkir di pintu masuk punthuk setumbuk untuk menjemput di jembatan bambu.


apa saja yang harus disiapkan?
- fisik
- makan sebelum melakukan perjalanan karena akan menguras banyak energi dengan berjalan naik turun
- alas kaki yang nyaman, aku menyarankan menggunakan sepatu
- air mineral
- fully charged kamera atau ponsel


perkiraan biaya
- pp kadiosaka-magelang 400.000
- parkir 5.000
- tiket masuk punthuk setumbu 15.000
- tiket masuk gereja ayam 15.000





  • Share:

You Might Also Like

0 comments